Nafsu atau Keinginan .....

Apakah Kesunyataan Mulia Kedua?

Kesunyataan Mulia Kedua menyatakan bahwa penderitaan disebabkan oleh nafsu atau keinginan.
Hal ini tidak sulit untuk dibuktikan.
Marilah kita tinjau penderitaan yang bersifat batiniah.
Apabila kita menginginkan sesuatum namun tidak mampu memperolehnya, kita merasa frustasi.
Apabila kita menghendaki seseorang berbuat sesuai dengan harapan kita, namun ternyata tidak terpenuhi, kita merasa kecewa.
Ketika kita menginginkan seseorang untuk menyukai kita, tapi ternyata tidak, kita akan sakit hati.
Bahkan bila kita menginginkan sesuatu dan bisa memperolehnya, ini juga tidak selamanya membawa kebahagiaan, sampai suatu saat kita merasa bosan/jenuh, kehilangan daya tarik, dan mulai menginginkan hal-hal yang lain.
Sederhana saja.
Kesunyataan Mulia Kedua mengatakan bahwa mendapatkan apa yang kita inginkan tidak menjamin tercapainya kebahagiaan.
Daripada terus memaksakan keinginan kita, cobalah membatasi keinginan kita.
Nafsu dan keinginan hanya akan menghilangkan rasa puas dan kebahagiaan Anda.


Tetapi bagaimana mungkin keingingan dan nafsu juga bisa menyebabkan penderitaan jasmaniah?


Keinginan dan nafsu nan tak kunjung padam akan ini dan itu, terutama nafsu untuk tetap eksis (tidak rela mati) mampu menciptakan energi dahsyat yang menyebabkan seseorang terlahir kembali. Ketika kita terlahir lagi, kita memiliki tubuh lagi, dan seperti telah disebut di atas, tubuh ini bersifat mudah terluka, terjangkiti penyakit, kelelahan, kerentaan, dan tak luput dari kematian. Jadi nafsu juga bisa mengakibatkan penderitaan jasmaniah karena nafsu membuat kita terlahir, dan terus terlahir.

Luar biasa. Tetapi jika kita menghentikan seluruh keinginan kita, kita tidak akan pernah mendapat atau mencapai apapun.

Benar. Sang Buddha mengajarkan, keinginan kita, nafsu kita, ketidakpuasan kita, dan kerinduan terus-menerus untuk lebih dan lebih, memang membuat kita menderita, jadi hendaknya kita menghentikannya.
Beliau mengajar kita untuk bisa membedakan antara apa yang dibutuhkan dengan apa yang kita inginkan, dan hendaknya mengupayakan kebutuhan kita serta membatasi keinginan kita.
Beliau mengatakan bahwa kebutuhan kita dapatlah terpenuhi, namun keinginan kita tidaklah terbatas, ibarat sumur tanpa dasar.
Ada kebutuhan yang bersifat pokok dan mendasar, itu dapat terpenuhi, kita harus pengupayakannya.
Keinginan selebihnya sebaiknya berangsur-angsur dikurangi. Lagi pula, apakah sebenarnya tujuan hidup? Untuk terus mengejar atau untuk menjadi puas dan bahagia?

(dikutip dari http://www.kalyanadhammo.net/ ... http://www.geocities.com/bbcid.geo/Q4.html)

Comments

Popular posts from this blog

Sikap

Bersatu